Sabtu, 08 Juni 2013

Lihatlah.....


Kadang aku berharap aku tak perlu bertemu denganmu
Kadang aku berharap perkenalan singkat antara kita dulu tak perlu terjadi
Kau tahu mengapa aku menginginkan ini?
Karena aku tahu sekeras apapun usahaku memelukmu hingga letih
Saat itu akan tiba
Saat dimana kau harus pergi
Saat dimana tidak ada kita lagi
Karena sekeras apapun aku mencoba menghapus pikiran tentang meninggalkan dan ditinggalkan
Nyatanya setiap pertemuan itu pasti di akhiri dengan perpisahan
Lalu bagaimana dengan kita?
Aku hanya bisa melindungi kita dengan caraku sendiri
Kau tak tahu, setiap waktu yang aku lalui,
Bahkan ketika jemariku tak mampu menyentuhmu
Bahkan ketika tatapanku tak bisa menembus dimensimu
Aku tetap menyebut namamu dalam perbincanganku dengan Tuhan

Tapi,kali ini aku sadar
Jika aku tidak benar-benar bertemu denganmu,
Mungkin aku tidak tahu bagaimana rasanya menghabiskan waktu bersamamu
Mungkin aku tidak tahu bagaimana rasanya benar-benar merasa dicintai dan mencintai sebesar ini
Aku pernah berfikir, bagaimana jika aku yang sudah terbiasa dengan adanya kamu
Tiba-tiba semua yang biasa aku lakukan bersamamu harus aku lakukan sendiri.
Menyedihkan bukan?
Bahkan dengan segala ketidaksempurnaanku aku tetap ingin melindungimu semampuku
Aku tetap ingin menjadi sumber keteduhanmu saat kau merasa hancur.

Tapi…
Tak jarang aku merindukanmu dalam sepi
Saat aku terjaga dalam lamunanku
Hingga saat bias lampu temaram dikamarku menyorot teduh foto kita
Aku terhenyak, sungguh aku merindukanmu.
SUNGGUH!!!
Hingga aku kelelahan sendiri dan terlelap dengan wajahmu yang membingkai mimpi malamku.

"The Golden Trio"

10 tahun bersama bukanlah waktu yang singkat, sejak awal syuting Harry Potter, disanalah Harry Potter (Daniel Radcliffe), Ron Weasley (Rupert Grint) dan Hermione Granger (Emma Watson) bertemu dan seiring berjalannya waktu mereka menjadi sahabat yang dikenal dengan nama “The Golden Trio” dalam film Harry Potter. Bahkan kabarnya sempat terjadi cinta segitiga antara Dan, Hermione dan Ron. Meski akhirnya Dan dan Ron mengalah karena ternyata yang dicintai Emma adalah Draco Malfoy (Tom felton).


But, I wish I could have a friendship like The Golden Trio.
















Kisah Dibalik Layar Harry Potter

1.     Kecelakaan Yang di Alami Daniel Radcliffe

Bukan hanya pemeran pengganti, pemeran utama film Harry Potter yaitu Daniel Radcliffe pun pernah mengalami celaka saat syuting. Jadi gini, dalam film ada adegan Harry potter yang tengah bertarung dengan seekor ular raksasa, Nagini, yang dimilki oleh Kau-tahu-siapa. Nah, sebelum diambil gambarnya, Daniel Radcliffe harus berlatih terlebih dahulu. Ia bertarung dengan sebuah tongkat yang ujungnya diberi sarung tinju. Ups, tanpa sengaja ia terkena pukulan sarung tinju itu sampe jatuh. Akibatnnya, bagian tubuhnya ada yang sedikit lecet. Tak disangka-sangka, ternyata seorang DAVID HOLMES pernah terjatuh saat syuting. David ini adalah pemeran pengganti Harry Potter. Ia terjatuh di Studio Leavesden di Hertfordshire, Inggris saat sedang berlatih terbang. Kecelakaan ini menyebabkan David (yang juga seorang pesenam) mengalami patah tulang punggung. Ckckck >.<

2.    FIRE! FIRE!

Pada bulan Maret 2009, ada insiden yang terjadi di Studio Leavesden. Saat adegan berkelahi sedang dimulai, tiba-tiba set bangunan Hogwarts terbakar! Perlu waktu 40 menit untuk memadamkannya. Ketika kejadian itu, bintang utama seperti Daniel Radcliffe, Emma Watson, dan Rupert Grint sedang tidak berada di lokasi tersebut. Karena keperluan syuting di tempat ini sangatlah dibutuhkan, bangunan yang terbakar ini segera dibangun kembali.

3.    TEMPAT BERSEJARAH 

Shell Cottage. Shell Cottage adalah rrumah tinggal Bill Weasley dan istrinya, Fleur Delacour. Di Shell Cottage jenazah Dobby, yang mati dalam pertarungan di Malfoy Manor, dimakamkan. Shell Cottage juga menjadi tempat pelarian Harry, Ron, dan Hermione ketika bertempur dengan Bellatrix. Untuk keperluan film, Shell Cotage dibangun di Fresh Water West, Pembrokeshire Coastline. Dindingnya terbuat dari batu sedangkan atapnya terbuat dari cangkan yang besar. Selama pembangunan dan syuting film, pantai tetap dibuka untuk umum. Banyak penhunjung yang datang untuk melihatnya. Iyu berdampak aik untu perekonomian dan perkembangan wisata daerah itu.

4.   Naga Gringotts

200 makhluk ajaib telah diciptakan untuk seri film Harry Potter, termasuk naga ini. Aragog, sang Acromantula (laba-laba raksasa) yang ditampilkan dalam film kedua, “Harry Potter and the Chamber of Secret”, memiliki rentang kaki dari 5,48 meter. 250 hewan non-robot telah digunakan dalam film, yang terbesar adalah seekor kuda nil dan yang terkecil adalah kelabang.

5.    Adegan di Aula Besar Hogwarts

Lebih dari 600 seragam sekolah dibuat untuk film Harry Potter. Adegan pertempuran di “Harry Potter and the Deathly Hallows” menjadi adegan dengan jumlah terbesar pembuatan seragam untuk para pemain dan pemain ekstra – bisa dilihat sewaktu finale 400 orang Death Eaters dan Snatchers bergabung dengan 400 orang guru dan murid Hogwarts berkumpul di Aula Besar.

6.   Replika Properti Film

Yang terlihat di foto sebenarnya hanya sebagian dari 210.000 koin dibuat untuk adegan Bank Gringotts di dua film terakhir. Artefak lainnya yang juga diduplikasi dalam jumlah banyak adalah salah satunya liontin Salazar Slytherin, yang dibuat sampai 40 replika untuk mengakomodasi adegan Harry dan Ron sewaktu berusaha menghancurkannya.

7.     Wajah Populer Harry Potter

Tanda kilat di dahi Harry Potter telah dibuat oleh tim makeup kira-kira sebanyak 5.800 kali. Sekitar 2000 kali tanda tersebut diaplikasikan langsung di wajah Radcliffe, sementara sisanya diaplikasikan di dahi para pemain penggantinya. Meskipun barang properti favorit Radcliffe di film itu adalah kacamatanya, ternyata kacamata tersebut telah diganti sebanyak 160 kali.

8.   Tongkat Ajaib

Setiap tongkat di film Harry Potter dibuat di tempat – termasuk tongkat milik Daniel Radcliffe yang sampai berjumlah 60-70 buah karena aus dipakai selama tujuh film terakhir. Sama seperti di buku, tidak ada dua tongkat yang sama, bahkan tongkat milik si kembar identik Fred dan George Weasley. Meskipun Radcliffe telah memakai beberapa tongkat, sebagian besar tongkat dibuat secara konsisten dengan panjang sekitar 33-38 cm, seperti di buku. Ini berarti justru karakternya yang tumbuh besar dengat tongkat yang sama selama bertahun-tahun pembuatan film. Tongkat Dumbledore yang berdesain rumit juga tetap sama, padahal dulu perusahaan film -dan seluruh dunia- tidak tahu bahwa tongkat tersebut merupakan “The Elder Wand“.

9.   Busana Dalam Film Harry Potter

Lebih dari 25,000 busana telah digunakan sepanjang film Harry Potter.

10. Peninggalan si ROBIN HOOD

Kastil tua di Surey di Inggris ini menjadi salah satu tempat pengambilan gambar film Harry Potter and The Deathly Hallows. Sebelumnya kastil ini pernah dijadikan lokasi pengamilan gambar film Robin Hood juga lho. Jadi, bisa dibilang kastil ini peninggalan Robin Hood untuk penyihir muda kita.

Dan ini ada beberapa foto-foto di Balik Layar Harry Potter.

























Jumat, 26 April 2013

Quote


“Aku sudah katakan ini berulang kali bukan? Aku hanya meminta kau untuk tetap disini. Kau, jangan pernah pergi.”

Sabtu, 20 April 2013

Quote



“You were never supposed to mean this much to me, I was never supposed to fall so hard. But you know what? I did and that is the truth, that’s what keeps me holding on because it hurts like hell to let you go for a while.’’

Kesekian Kalinya


Lagi….
Nampaknya hatiku akan luka lebam lagi.
Ya, walaupun hanya sementara. Tapi luka itu tetap saja nyata.
Walaupun nyatanya akan kembali lagi. Tetap saja hatiku sudah terkoyak.
Mungkin aku salah satu pihak yang tak pernah menyetujui hal konyol seperti ini. Untuk apa?
Apa hanya untuk menambah luka?
Atau hanya untuk membuatku semakin tercabik lagi?
Aku harus berjuang menahan rindu sendiri.
Saat aku menulis ini, mataku sudah memanas, mungkin bulir bening itu akan jatuh lagi.
Sejak semalam aku berjuang menahan rasa sakit ini sendiri. Tanpa siapa-siapa.
Aku ingin semuanya cepat terlewati.
Aku ingin segera akhiri rasa sakit ini.
Tapi aku bisa apa? Aku hanya bisa menunggu semuanya kembali seperti sedia kala.
Ya memang, aku hanya bisa menunggu.
Aku akan kembali lagi. Tapi satu pintaku, jangan pernah buat aku bahkan hatiku memar lagi seperti saat ini.

Senin, 08 April 2013

Untumu. Aku Rela




Nindy masih terbaring lemah tak berdaya di salah satu kamar rumah sakit yang ia tempati. Nata yang sedari tadi menemani Nindy di rumah sakit pun dibuat kalut karena gadis itu masih belum  juga sadarkan diri. Hati Nata sakit melihat keadaan Nindy yang tak kunjung pulih. Gadis itu telihat sangat lemah dan pucat pasi. Dia memikirkan bagaimana jika Nindy tidak terselamatkan? Bagaimana jika jantung baru yang ada ditubuh Nindy tidak diterima oleh tubuhnya. Bagaimana kalau? Ah Tuhan! Mengapa aku harus berpikir semua kemungkinan terburuk itu??!!

“Nat…? Kau melamun?”
“Ah iya, kau berbicara apa tadi?” Nata tersenyum masam.
“Aku tanya, kau tidak pulang? Istirahatlah dirumah, biar aku yang menjaga Nindy disini. Kau tampak kacau.”
“Ya mungkin aku harus beristirahat. Tapi..?” Nata menoleh ke arah Nindy.
“Tenanglah, kau tidak perlu kawatir. Aku sahabat Nindy, tidak mungkin aku tidak menjaganya. Percayalah padaku.” Difa tersenyum meyakinkan Nata.
“Baiklah nanti malam aku kembali. Terima kasih Difa, aku berhutang padamu.” Nata tersenyum tulus.
“Sama-sama Nat.” Difa pun ikut tersenyum dan memamerkan lesung pipinya.

Nata melamun lagi. Dia kembali memikirkan kemungkinan terburuk yang akan dialami Nindy. Oh Demi Tuhan!  Mengapa harus bayangan-bayangan buruk itu yang selalu menghantui Nata, dia bisa gila kalau terus seperti ini.  Mungkin Nata rasa dia harus keluar sekedar barjalan-jalan sore untuk  mencari udara segar. Difa benar Nata memang sedang sangat kacau.


****
Nata menghempaskan keras tubuhnya di sofa. Nata berniat kembali ke rumah sakit untuk menjaga Nindy, tapi karena orang tua Nindy tidak mengizinkan dengan alasan Nata harus beristirahat demi menjaga kondisi tubuhnya. Nata pun dengan sangat terpaksa mengurungkan niatnya. Yaa, mungkin dia memang harus beristirahat sebelum besok pagi ia harus kembali ke rumah sakit.

“Ada apa, Nat? Kau terlihat muram.”
“Aku tidak apa-apa Bian.” Jawab Nata enggan kepada Bian, adiknya.
“Bagaimana keadaan Nindy? Sudah ada kemajuan?”
“Belum. Nindy masih belum sadarkan diri pasca operasi transplantasi jantungnya kemarin, entahlah aku hanya takut kalau Nindy…” Nata diam dan ragu meneruskan kata-katanya.
“Jangan begitu, berdoalah untuknya, bukan malah memikirkan hal buruk yang akan menimpa Nindy. Percayalah padaku Nindy akan sembuh seperti sediakala.”
“Ya, aku harap begitu. Terima kasih Bian.”
Bian pun bangun dan beranjak pergi meninggalkan Nata yang lagi-lagi diam.
 ****
Keesokannya keadaan Nindy sudah pulih. Dia sudah sadarkan diri dan keadaannya berangsur-angsur membaik. Nata yang sedari pagi menemaninya pun merasa sangat bahagia karena akhirnya dia bisa melihat lagi senyum Nindy, dia sangat merindukan Nindy. Kekasihnya.

“Sini aku bantu.” Dengan hati-hati Nata membantu Nindy duduk. Sejujurnya Nata merasa Nindy masih terlalu lemah, tapi setidaknya dia bersyukur, dia masih memiliki harapan besar untuk Nindy sembuh.
“Terima kasih, Nat. Aku senang akhirnya bisa melihat senyummu lagi. Bagaimana keadaanmu? Kau terlihat jauh lebih kurus.”
“Aku? Aku sangat baik.” Nata pun tersenyum dan mencium kening Nindy. Sementara dari luar kamar, Difa melihat kebahagiaan itu dari wajah Nindy, pipi Nindy merona merah dan matanya berbinar-binar. Jelas sekali ada kebahagiaan disitu. Difa tahu Nindy beruntung memiliki Nata.
“Aku rasa kehadiranku disini mengganggu kalian. Tapi berhubung aku tidak sabar bertemu Nindy, jadi aku harap kalian tidak marah jika aku mengganggu kalian. Aku janji hanya sebentar.” Difa tersenyum geli dan melirik Nata.
“Ah tidak! Tentu kau tidak mengganggu. Aku merindukanmu Difa.” Nindy pun memeluk Difa. Erat.
Well, aku rasa aku akan membiarkan kalian berdua saling melepas rindu. Sementara aku akan kebawah mencari kopi.”
Difa dan Nindy pun tertawa geli.

****
 
Hari ini keadaan hati Nata sangat baik. Dia terlihat sangat ceria. Bahkan kebahagiaan jelas-jelas terlihat di wajahnya. Ya, dia bahagia sudah bisa melihat senyum Nindy, mendengar suaranya. Semua itu membuat Nata tenang dan membuat dia semakin merindukan Nindy. Nata semakin takut kehilangan Nindy. Untuk Nindy, aku bersedia melakukan apapun, dalam hatinya.

“Nggg….Nat?”
“Iya ada apa?” Jawab Nata lembut.
“Kalau aku sudah sembuh nanti, aku masih ingin melanjutkan pendidikanku di Jepang.”

Hati Nata mencelos, baru saja dia merasa bahagia Nindy sudah kembali. Yaa, Nata bahagia Nindy sudah kembali lagi bersamanya setelah beberapa hari dia terbaring lemah tak sadarkan diri. Tapi sekarang rasanya kebahagiaan itu lenyap. Ia merasa hampa. Apa dia harus melepas Nindy untuk jauh darinya sementara Nata tidak yakin dia bisa melakukan hal itu. Tanpa Nindy.

“Nat?”
“Hah? Iya? Ngg…Menurutku…” Nata tidak melanjutkan kata-katanya.
“Kenapa? Kau tidak setuju ya?” Kekecewaan jelas terlihat di mata Nindy.
“Bukan, bukan begitu. Tapi apa kau sudah yakin? Maksudku melihat keadaanmu yang belum begitu pulih?”
“Nataaaaaa, aku sudah bilang bukan, aku ingin melanjutkan pendidikanku di Jepang setelah nanti aku benar-benar sembuh. Kau tidak perlu khawatir.” Nindy tersenyum meyakinkan.
“Jika itu memang mimpimu, aku tidak mempunyai alasan lain selain menyetujuinya.” Nata tersenyum menenangkan Nindy. Tapi jauh, jauh sekali dilubuk hatinya dia mulai merasa takut. Dan rasa takut itu muncul lagi.

 ****
Jika itu memang mimpimu, aku tidak mempunyai alasan lain selain menyetujuinya. Nindy tersenyum mengingat kata-kata yang diucapkan Nata tadi.  Nata begitu mengerti apa yang diinginkan Nindy. Nata begitu berharga untuknya. Nindy bahkan rela meletakkan kebahagiaan Nata diatas kebahagiaannya. Nindy tahu bahwa sejak awal dia sudah benar mencintai Nata. Ini semua yang membuat Nindy bertahan melawan penyakitnya. Demi dirinya, demi orang tuanya, dan demi Nata.

“Hai sayang, kata dokter hari ini kamu sudah diizinkan pulang, nanti orang tuamu akan menyusul.”
Nindy mengerjap, matanya berbinar-binar. Dia bahagia. Sangat bahagia. Jika sudah diperbolehkan pulang, otomatis keadaannya sudah membaik. Dan itu pertanda bagus.
“Benarkah? Ah, aku tidak sabar pulang. Aku sudah bosan disini, setiap hari selalu mencium bau obat-obatan.” Nindy mendengus kesal dan spontan membuat Nata tertawa.
“Dan satu lagi, kata dokter keadaanmu sudah pulih dan keadaan jantungmu semakin hari semakin membaik. Aku senang mendengar apa kata dokter tadi.” Nata tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, dia sangat bahagia Nindy sudah sembuh.
Dan jadilah hari ini hari paling menyenangkan sekaligus membahagiakan untuk Nindy. Hari ini sempurna. Ucap Nindy dalam hati.

****
 
Satu bulan berlalu, itu tandanya dia sudah harus pergi untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu Universitas ternama di Jepang. Perasaannya bercampur aduk, dia bahagia bisa meraih mimpinya. Tapi dia sangat berat meninggalkan orang tuanya, Difa dan Nata. Empat tahun bukan waktu yang singkat untuk Nindy terbiasa tanpa Nata.

“Aku akan baik-baik saja disana, setiap liburan aku pasti akan pulang ke Indonesia untuk menemanimu.”
Nata tersenyum, dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia merasa kehilangan, benar-benar akan kehilangan.
“Jangan diam saja, bicaralah.”
“Aku akan merindukanmu. Tolong jaga dirimu baik-baik disana, jaga kesehatanmu.”
“Pasti!” Jawabnya mantap. “Ngg…Nat, tunggu aku ya, aku pasti kembali untukmu. Jangan lelah menungguku. Aku mohon, bersabarlah sampai aku benar-benar kembali untukmu.” Nada suara Nindy melemah.
“Tanpa kau minta, tanpa kau paksa aku pasti akan selalu menunggumu, aku pasti akan menyempatkan untuk mengunjungimu ke Jepang.”
“Aku menyayangimu, Nat. Sungguh!” Mata Nindy mulai berkaca-kaca, ternyata meninggalkan Nata sangat sulit untuknya.
“Sudah jangan menangis, baik-baiklah disana. Aku pasti menunggumu.” Mata Nata memanas, dia takut air mata akan jatuh di pipinya, dia pun membuang muka demi menahan jatuh air matanya.

Nata pun memeluk Nindy erat. Ia takut, sangat takut akan kehilangan Nindy. Setelah Nindy berpamitan pada Difa dan orang tuanya yang mengantarnya ke bandara. Sekali lagi, dia menoleh ke arah Nata dan memeluk Nata sangat erat. Lalu berjalan memasuki area bandara.

Nindy kejarlah mimpimu. Disini aku akan selalu mendukungmu dan mendoakanmu. Empat tahun tidak akan lama, aku yakin itu. Cepatlah pulang, aku menunggumu. Nata pun berbalik dan air mata sudah mengalir deras di pipinya.